Menepati Janji

Suatu kali aku dan Jessie bermain ke kawan yang sudah lama tak kami kunjungi, saking sibuknya aku menjalankan usaha. Nah, pas mau pulang, tiba-tiba aja aku nanya apakah temannya anakku ini mau ikut. Langsung dia mengajuk mamanya supaya diperbolehkan ikut. Aku pikir, karena kami lama tak bertemu, manalah mungkin dia masih lengket dengan aku, nggak taunya salah duga.

Lalu mamanya bilang kalo Natal nanti Matthew akan menari di gereja. Spontan aku dan Jessie menjawab kalau kami akan datang dan melihatnya menari. Pertama-tama sih supaya dia nggak mengajuk, tapi juga karena senang melihat anak kecil menari.

Hari berlalu seolah tertiup badai, begitu cepat dan padatnya setiap hari. Hingga di tanggal 19 Des lalu, aku kelelahan karena berbagai acara di sing hari. Aku baru nyampe rumah lagi sekitar pk 14.30, padahal acara mulia pk 16.00. Tambahan, Jessie mengelak untuk pergi dengan alasan lelah. Tapi, di mataku terbayang seorang anak yang menanti-nanti teman dan Iienya sebelum dia menari. Terbayang kekecewaan yang akan merusak Natalnya dan seluruh liburannya, bahkan mungkin juga tertoreh luka di hatinya karena janji yang tak ditepati. Aku paling pantang kalau janji tak ditepati, hari inilah aku diuji.

Akhirnya aku bujuk-bujuk anakku supaya mau datang ke Natal itu dan melihat temannya menari. Dengan visualisasi dari papinya, anakku langsung berangkat. Papinya hanya mengatakan, "Nanti dia menari sambil nangis lho, Ciecienya nggak datang."

Selama kebaktian Natal, pengkhotbah begitu luar biasa membawakan kisah Natal Pertama, hingga anakku begitu menikmati kebaktian itu. Satu hal penting yang Jessie dan aku pelajari adalah betapa pentingnya menepati janji kepada seseorang. Sekali pun untuk itu aku harus mengalahkan penatnya kaki menginjak kopling. What a precious Christmas!

Harga yang Sangat Mahal

Kalau musim ujian seperti yang baru saja dilalui Jessie, mulutku biasanya nggak berhenti-hentinya memintanya supaya teliti membaca soal. Sekali pun kebiasaannya belajar pagi belum banyak berubah, semua itu masih dapat diatasi. Malam tidr jam 20.00 dan tiap pagi bagun pk 03.00 untuk belajar hingga bahan dikuasai. Tetapi, semua itu akan hancur kalau tidak teliti membaca soal.

Terus terang aku nggak begitu yakin sama ketelitiannya, terutama dalam matematika. UAS kali ini juga aku mengingatkannya supaya teliti. Matematika itu nggak ada yang susah, tapi yang ada adalah kesalahan jawaban karena kurang teliti. Kesalahan yang umumnya terjadi pada anakku itu, kelompatan kalau diminta mengurutkan bilangan. Lalu, kadang-kadang kalimat matematikanya sudah betul, jawaban akhirnya yang salah angka, jadilah berkurang nilainya.

Waktu terakhir aku bilangin supaya teliti, aku udah khawtair. Hatiku nggak tenteram melepas dia ulangan hari itu. Entah kenapa. Beberapa hari kemudian, keluarlah nilai ulangan matematikanya, yang cukup mengejutkan aku: 77,6! Langsunglah keluar petuah-petuahku sampai dia mengerti betul kenapa aku menghendaki nilai di sekitar 85 untuk UAS. Aku nggak pernah menuntut nilainya 100, tapi juga nggak boleh seenak-enaknya cuma di kisaran 70-80.

Apa mau di kata, nasi telah menjadi bubur. Mungkin saja ini pelajaran buat ibunya ini supaya menerima hasil yang sekadar cukup-cukupan. Terlalu mahal harganya kalau karena hanya kurang teliti nilai menjadi 77,6....

Hawa Liburan

Di hari pertama Desember ini, hawa liburan mulai menguar di rumah kami. Rasanya hari-hari penuh kerja keras di 2009 sebentar lagi akan berakhir. Tinggal 30 hari lagi tahun ini pun selesai. Tahun yang dimulai dengan berbagai kekhawatiran dan harapan, telah terlewati dengan baik.

Dari bangun pagi tadi pk 03.00, semangat belajar Jessie tinggi sekali. Biasanya tiap lima menit minta istirahat, tapi pagi ini belajar sejam terlewati tanpa terasa. Istirahat lima menit, langsung dijalani lagi hingga pk 05.00. Aku aja yang biasanya bete nemenin dia belajar, pagi ini mau tak mau terkagum-kagum melihat semangatnya, jadi ikut semangat.

Waktu aku tanya koq dia seneng sekali, Jessie langsung jawab begini, "Soalnya ini udah Desember, Mom, Jessie pengen cepet-cepet liburan. Tapi sebelum itu Jessie mau belajar rajin-rajin supaya nilai UAS nggak ada yang di bawah 90." Nah...., malah aku yang tertegun, malah memecut semangatku juga untuk memberikan yang etrbaik di paper terakhirku.

Hawa liburan emang terasa banget, semua jadi ringan riang....