Minggu siang itu aku menerima kabar duka. Seorang kawanku berduka karena ayahnya telah berpulang ke pangkuan Bapa di surga. Kami baru saja pulang dari makan siang. Aku langsung menyiapkan keluarga kalau aku akan pergi ke Kebumen, tempat kawanku itu. Lalu suamiku mengingatkan supaya tanya dulu kapan meninggalnya. Kalau siang hari, besok pagi saja ke Kebumennya, tapi kalau selepas pk 00.00, memang harus berangkat sore itu juga. Ternyata beliau berpulang pk 13.00.
Keesokan paginya kami berangkat berlima menuju Kebumen. Ini perjalanan jauhku yang pertama di daerah Selatan. Rasanya nggak nyampe-nyampe karena pemandangan di Selatan ini sangat monoton. Untung aku telah terlatih di jalanan rusak menuju Purwodadi Grobogan, jadi waktu masuk ke Kebumen, yang jalanannya berlubang di mana-mana, si Mumun tak sampai kejeblos ke lubang dalam.
Rumah kawanku di desa Wotbuwono. Jadi dari jalan raya masih masuk 4 km menuju tempatnya. Saat kami bertemu, aku melihat kesedihan yang dalam tapi berusaha diatasi karena banyaknya pelayat yang datang. Ketepatan juga kakaknya kawanku ini adalah guru di sekolahnya Jessie. Hanya dengan duduk dan berhandai-handai aku tahu sejarah pelayanan ayahnya kawanku yang pendeta itu. Bagaimana beliau menggantungkan hidup sepenuhnya pada kemurahan Tuhan Yesus dan melayani sampai akhir hayatnya.
Kalau dari cerita yang aku dengar, cara meninggalnya pun termasuk enak. Beliau sedang menunggu pendeta yang akan melayankan perjamuan kudus di rumah. Saat itu beliau ingin ke belakang, lalu tidur-tiduran. Ketika itulah dadanya terasa sesak dan tak lama kemudian beliau meninggal.
Maafkan aku kawan, yang tak bisa menghantar Bapak sampai ke pemakaman. Kiranya Tuhan menguatkanmu menjalani hari-hari sepi tanpa kehadiran-Nya, namun yakinlah bahwa kasih kekal-Nya akan selalu menyertaimu.
Selesai Sudah
Diposkan oleh Mariani Sutanto di 4:53 AM 0 komentar
Label: duka
Subscribe to:
Posts (Atom)