Adventure in Semarang

Liburan panjang kemarin kami ke Semarang. Sebenernya agak-agak ngeri jug, karena kota ini besar, secara ibukota propinsi gitu loh. Hanya karena kami lihat ada wahana air di sana aja, kami jadi berangkat.

Setelah melalui lembah dan bukit hijau, ramainya lalin menuju Ungaran menyambut kami. Samar-samar masih keinget berapa tahun lalu mencari sate kempleng di daerah itu bersama keluarga besarku. Dan aku memang menemukan tempat kami makan sate kempleng itu. Akhirnya...tak lama kemudian muncul deh kota Semarang itu.

Sebenarnya mencapai Grand Candi Hotel nggak susah, karena hotel ini paling dekat dengan gerbang Semarang. Cuma karena terakhir ke sini 2 tahun lalu, aku kelupaan harus belok kiri begitu ada percabangan dan papan petunjuk Patra Jasa. Jadi turun terus, tau-tau udah pertokoan. Langsung aku tanya dan memang kelewatan. Jadi, putar balik dan masih sempat satu kali lagi tanya sebelum menemukan Grand Candi.

Petualangan dimulai malam harinya. Hanya berbekal ingatan masa silam, kami 'turun' ke Pandanaran. Ngiter-ngiter nyari rumah makan yang keliatannya serba: serba lengkap, serba murah dan serba mudah. Maklum, turis domestik yang satu ini agak malas mencoba-coba yang baru di malam hari. Akhirnya ketemu tuh toko buku kesayangan. Setelah itu ke Mall Ciputra. Di sini ini aku ngalamin yang aneh di ibukota propinsi. Parkir mall itu kan emang kecil, lalu sesampainya di lahan parkir, tukang parkirnya nanya mau nggak diparkirin. Spontan aku tanya memangnya valet parkingnya berapa. Tau nggak jawabnya? "Oh, di sini nggak ada valet parking. Kami hanya menolong ibu saja supaya bisa segera masuk mal, nanti kami yang parkirkan." Bayangin tuh..., bae banget kan tuh Bapak?

Berkat dia lah kami bisa putar2 di mal dan makan malam di sana. Nggak enak sih makanan2nya, tapi kenapa rame bener yak? Setelah pulang ke Yogya baru terpikir, lain kali jangan masuk mal ah, ha3, telat.

Dari mal itu kami 'naik' ke hotel. Malam pertama tidur pulas karena lelah dan nyamannya kamar di hotel itu.

Hari kedua, ada teman datang dan dia nganter-nganter keliling Semarang. Kalo ini bener deh, namanya keliling kuliner. Dari sekian tempat kuliner yang terucap, aku paling terkesan dengan gerobak leker yang laku banget di depan Loyola. Orang ngantri beli itu siang-siang. Harganya variatif, dari 1000-14000. Yang 14000 pake keju mozarela dan daging asap, kayak makanan hotel berbintang aja. Konon gerobak leker satu ini sekarang jadi sering diundang ke pesta nikah, buka lapak di sana, he3. Siang itu sebenernya kami mau diajak ke gule kambing terkenal di Semarang tapi tutup. Jadi, kami disuguhkan warung gule kepala ikan. Nikmat banget siang-siang makan ini. Kepala ikannya penuh daging, kuahnya enak dan minumnya air kelapa dingin! Jessie aja yang nggak gitu doyan pedes makan dengan lahap, apalagi ortunya!

Malamnya, adventure dimulai lagi karena nyari resto Kampung Laut yang kata temenku di Yogya, ambiencenya bagus banget. Untung kemaren di Gramed beli peta, jadi lumayan gampang. Tapi nyasarnya sih tetep aja, walau udah diterangin di hotel panjang lebar ke rah mana kami harus menuju. Sampe petunjuk ke bandara masih bener, tapi makin lama jalannya makin lebar tapi koq tambah sepi? Buru-buru deh u turn. Tau-tau pas nanya sama tukang taksi, eh...ada gerbangnya bandara di sana. Nggak pake lampu sih, jadi nggak keliatan tadi. Nggak lama kemudian, nyampe deh di Kampung Laut.

Menunya macem-macem dan tempatnya gede banget. Dari sekian menu yang banyaknya nggak ketulungan itu, pilihan jatuh ke ikan hiu sama kepiting lemburi telur asin. Wah, enak betul makan di gazebo luar, memandang kerlip-kerlip lampu di laut sambil nyeruput teh hangat. Kayak bukan di Jawa aja.

Pulangnya udah hafal jalan, eh malah rubiknya Jessie ketinggalan di resto tadi, Jadi balik lagi ke sana. Kayak orang nggak puas aja pergi hanya sekali ke Kampung Laut, ha...ha...ha....

Minggu pagi beberes terus check out dan kita maen aer di water blaster. Karena pembangunannya belum selesai semua, jadi peraturannya juga belum selesai semua, he3. Masak berenang pake singlet? Yang bener aja. Terus dari wahana satu ke wahana lain jauh banget jalannya. Parahnya nggak dibilangin dari bawah peraturan-peraturannya, jadi udah sampe atas baru tau harus bawa ban yang doble atau single, minimal tinggi badan dan maksimal berat badan yang diperbolehkan di sana. Satu lagi yang agak mengganggu itu, air di sliding kurang deras. Jadi gesekan dengan papan seluncuran dan punggung terasa kerasnya. Emang sih dibandinginnya sama ciputra water park, tai kayaknya derasnya air dan peraturan renang di sana adalah hal mendasar yang seharusnya di set up dengan baik sebelum wahana itu dibuka. Untuk petualangan mencoba wahana yang baru, lumayanlah...

Petualangan diakhiri dengan menerjang hujan deras keluar dari Semarang. Nyari warung kepiting yang terkenal di Ungaran. papan nama warungnya kecil, tapi untungnya nggak kelewatan. Makan siang di Roso Nyoto emang luar biasa enaknya. Kepiting digoreng kering dan sesuai dengan nama menunya. Jadi kami pesan yang bertelur, datanglah yang memang kepiting nelur. Ternyata kami tamu terakhir, abis itu tutup deh restonya. Untung masih kebagian, kalo nggak nyesel deh.

Lain kali ke sana lagi ah, kalo ace yang baru udah buka.

0 komentar: