Sepuluh tahun lalu, aku pernah mengucapkan janji akan setia kepada suamiku di saat senang ataupun susah, di saat sehat maupun sakit, di saat kaya atau miskin, sampai kematian memisahkan kami.
Nah, sepuluh tahun pertama boleh dikata biduk pernikahan kami oke, walaupun ada riak-riak kecil. Syukurlah kami bisa mengikuti alunan riak itu hingga selamat sampai sekarang. Kalau aku mencoba melihat lebih teliti lagi, keselamatan kami itu cuma karena satu kata tanya, “Kenapa?” Aku ingat pertama kali aku melontarkannya dan kami terjerumus ke dalam pertengkaran yang cukup besar, tapi pertengkaran itu menjernihkan kami berdua, dan masing-masing tahu posisinya. Coba kalau aku nggak tanya, mungkin aja sampai sekarang aku masih menyimpan tanda tanya besar. Jujur aja, waktu aku tanya, jauh di dalam hatiku muncul suara-suara yang seolah-olah mengatakan kalau aku berlebihan. Tapi aku nekad tanya. Mungkin itu naluri. Selanjutnya aku lebih sering lagi tanya kenapa, supaya nggak harus ngejelasin panjang lebar. Dan ini menjadi momen-momen penting dalam pernikahan kami.
Kalau aku sering nanya, kalau misuaku diem aja. Aku yang berinisiatif cerita, karena di mana-mana kalau aku jadi anggota organisasi, biasanya temenku laki-laki semua. Nah, suatu kali ada yang bilang begini sama aku, “Kamu pake parfum apa, koq enak sekali wanginya?” Begitu pulang rapat, aku cerita nih sama misuaku. Responnya, “Wah, siapa tuh yang nanya, bahaya kalo udah gitu.” Nah, kayak gitu kalo kita diskusi. Aku juga nggak nanggapin orang yang seneng sama parfumku, wong sama-sama tahu kalo aku udah berkeluarga. Lagian waktu muda aku sering dipuji orang, jadi kagak geer, he...he...he...
Janji pernikahan itu terngiang-ngiang sekarang, waktu kami terpaksa berjalan dalam lembah kesusahan. Tadi waktu Perjamuan Kudus aku sempet menitikkan airmata. Penderitaan kami belum seberapa dibanding penderitaan Kristus. Hatiku yang berat jadi terasa ringan, karena salah satu teman baikku juga pernah kirim sms yang bunyinya gini, “Lord never promised that life would be easy or no suffering whole life. But He promised one thing, that He will always be there to accompany us till the end of time.” Sekarang sih aku lagi mompain energi positif ke misuaku. Hasilnya mulai keliatan sedikit-sedikit. Kalo aku nggak bisa melakukan sesuatu pun sama orang yang nyebabin misuaku susah, yah aku harus berjuang supaya misuaku bangkit. Semoga aja aku kuat karena bebean kami ini berat sekali. Terngiang-ngiang terus kata-kata temen baikku di atas. Kalo ada yang baca ini, bantu aku di dalam doamu ya. Thanks before.
Janji Pernikahan
Diposkan oleh Mariani Sutanto di 5:04 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
6 komentar:
Maju terus yah ci, bersyukurlah bahwa hidup kita penuh dengan liku, coz kita bisa belajar banyak hal dan hal terindah adalah dimana kita bisa menjadi pemenang dari semua masalah yg menghimpit.
Semoga ci Ian dan Khun bisa sama sama trus forever coz spt yg cici bilang, Jesus always be with u. Hold ur arm through this hard way. *hugzz*
Thanks Dew. Keep in touch ya.Zoentjes buat Angie.
Terharu bacaan postingan ini...
segala sesuatu akan indah pada waktunya...Tidak ada yang terlalu kecil untuk Tuhan dan terlalu besar untuknya...Bersama Dia badai apapun bukan rintangan...
*aku belum menikah tapui saat menghadiri pernikahan orang saat wedding march di ON kan dan perjanjian diucapkan yang menitik airmata adalah aku* Norak benar...
I'll pray 4 u and fam..GOd Bless
Hebat andai tiap pasangan selalu ingat pada janju pernikahannya. Maka perceraian tidak akan ada.
I would like to exchange links with your site hompimpus.blogspot.com
Is this possible?
Hi salam kenal ibu, (ato boleh panggil mbak gak ya)
Tadinya saya lagi cari contoh janji pernikahan, tapi masuk ke Blog ini. Wow inspiratif sekali, Terimakasih sudah berbagi pengalaman walau hanya sebagian kecil, tapi ini bisa jadi teladan terutama buat calon pasangan yang mau menikah, seperti saya.
Apapun kesusahan mbak, semoga Jesus akan selalu setia memberikan kasihNya bagi mbak sekeluarga. Semoga segera terlepas segala pencobaan.
Post a Comment