Getting Old

Sabtu minggu lalu aku menghadiri kebaktian di gerejaku. Sebenernya aku pengen yang hari Minggu, suasana kebaktiannya lebih tenang, syahdu, waktuku juga lebih longgar dan lebih jenak mendengarkan khotbah. Namun karena aku harus mengajar di Sekolah Minggu setiap Minggu pagi, jadi aku harus cari alternatif kebaktian yang bukan hari Minggu.

Satu-satunya kesempatan hanya Sabtu sore. Kalau Minggu sore bawaannya udah capek melulu. Karena harus, ya aku yang menyesuaikan diri dengan suasana kebaktiannya. Modelnya seperti kebaktian anak muda deh, liturgi yang baku dimodifikasi semua. Setempo menyenangkan, apalagi kalau pilihan lagu-lagunya masih ada yang kukenal, walaupun berirama rancak.

Sabtu lalu aku sangat merasa tidak nyaman. Pranata acaranya pake baju kedodoran, lalu cara dia mikenya terlalu dekat dengan mulutnya, jadi kata-katanya nggak jelas. Udah gitu, bandnya keraaaas banget, sampe perkataan pranata acaranya nggak kedengeran. Tau-tau dia lari ke belakang dan muncul lagi pranata acara yang lain. Ini juga gawat, matanya kena tick, jadi kedap-kedip tak terkendali. Walaupun susah, aku masih berusaha menolerir, apalagi anakku senang dengan lagu-lagunya. Tapi, hatiku berontak waktu muncul tari-tarian sebelum khotbah. Pikirku, ini apa-apaan, apakah dengan tarian penghayatan terhadap lagu jadi lebih baik? Aku iseng aja mengitari ruangan dengan sudut mataku. Eee..., malah pada longak-longok mau melihat yang nari. Oalaah....

Aku jadi ngerasa tua banget kalo gini. Apa mungkin banyak pemahaman teologis yang bikin aku nggak bisa menerima hal-hal seperti itu ya? Kalo kemungkinan kedua sih kayaknya nggak deh, wong sekolah teologi aja nggak koq. Tapi lebih mendekati yang pertama....getting old!! Jadi, aku harus mawas diri supaya nggak jadul, masak kayak gini aja nggak bisa nerima? Jangan-jangan kalo Jessie beranjak besar, aku dan papinya semakin tertinggal di era jadul-jadulan.

Hai jiwaku, tetaplah muda sekalipun usia tak mungkin diputar menjadi muda kembali!

4 komentar:

Anonymous said...

Hai Ian kayanya getting old sih engga cuma engga terbiasa aja kali,2 minggu lalu ada seorang teman dari gereja lain yang datang kegereja kami krn gereja dia gereja yg tenang begitu datang kegereja kami dia katakan gereja kami kaya barongsai dan musiknya keras sekali smp jingkrak2 lagi kalau nyanyi.aku smp ketawa ngakak yah dia engga terbiasa dgn cara spt itu.

Anonymous said...

Hai Ian kayanya getting old sih engga cuma engga terbiasa aja kali,2 minggu lalu ada seorang teman dari gereja lain yang datang kegereja kami krn gereja dia gereja yg tenang begitu datang kegereja kami dia katakan gereja kami kaya barongsai dan musiknya keras sekali smp jingkrak2 lagi kalau nyanyi.aku smp ketawa ngakak yah dia engga terbiasa dgn cara spt itu.

fanvin said...

hheheh, rasane sih itu cuman masalah terbiasa atau ndak cik. Digerejaku model kalem2 jg, kalo disuruh pindah ke gereja yg rame2, aku ga bisa menikmati, malah jadi gelisah. Kalo sesekali sih ok, tapi tiap minggu...hehehe. Jadi aku rasa sih bukan masalah teologi..

Mariani Sutanto said...

@ Ius dan Lily: iya kali, cuma masalah kebiasaan, semoga, ha3.