Hasil Belajar

Tanggal 20 Juni tahun ajaran SD 2008/2009 berakhir sudah. Tahun ini prestasi belajar Jessie bagus sekali. Untuk anak seusia dia dengan karakter yang agak-agak sanguine, hasil yang dicapainya ini membuat aku bangga.

Ada beberapa hal yang membuat aku bangga kepadanya:
1. Semangat Jessie nggak pernah kendor. Kalau lihat gimana dia serius ngerjain peer yang 'cuma' prakarya, aku suka geleng-geleng. Dia selalu ingin menghasilkan yang terbaik. Selain itu semangat memperbaiki performancenya. Keliatan banget di olahraganya. Semester lalu olahraganya hanya 65, lalu dia belajar-belajar sendiri koprol dan kasti. Semester ini naik 7 poin. Lalu kalau ada peer pelajaran, dia langsung mengerjakan, terutama yang membutuhkan latihan.

2. Rupanya dia ingat pesanku supaya memerhatikan perkataan-perkataan gurunya. Maklum, anak segini biasanya suka cerita-cerita sendiri kalau di kelas. Pernah satu kali dia lupa kalau hari itu ulangan agama, dan hasilnya bagus. Aku aja sampe mengelus dada begitu diberitahu hari itu ulangan agama. Untung tahunya setelah pulang sekolah, kalau pagi hari sebelum berangkat sekolah, hmmm...pangkostrad bisa muncul sekalian mendadak apel pagi, hahaha...

3. Optimisme Jessie kuat sekali. Ada sih satu dua kali saat akan menempuh ulangan akhir dia menangis karena merasa tidak bisa menguasai pelajaran dan nilainya akan jelek. Kalau udah gitu, aku tau dia sudah sampai di puncak kecemasan. Aku memeluknya erat-erat dan menghiburnya supaya tenang. Setelah lega menumpahkan airmatanya, suddenly her brain become so brightly......, jadi kecemasan ada tuh hubungannya sama kecepatan menangkap materi pelajaran.

4. Selalu berharap yang baik. Nah kalau ini yang terasa menonjol tahun ini. Pengennya selalu mendapat yang baik.

Ada juga beberapa kelemahannya:
1. Angin-anginan. Kalau pelajarannya membosankan, susah sekali menggerakkan Jessie untuk belajar. Sampe harus mengupayakan cerita supaya bahan itu teringat dengan baik. Aku juga harus sedikit-sedikit menerapkan metode belajar ala Tony Buzan, yang ternyata sangat menolongnya mengingat.

2. Sering lupa belajar sore. Saking senengnya sama udara pagi, duplikasi abis maminya, dia jadi susah kalo suruh belajar sore hari. Kalaupun ingat, jawaban 'sudah mom' cepet sekali keluar, mungkin untuk mengakhiri rentetan nasihat kalau orang nggak mau belajar, hahaha...

3. Sering malas mengatur bukunya sebelum ke sekolah. Beberapa kali bukunya tertinggal, atau melupakan fotokopian dari gurunya. Pernah suatu sore ngotot nge-net, ditanya semua tentang pelajaran esok hari jawaban klasiknya selalu terucap: 'sudah." Besoknya baru tahu ada peer ini, ada peer itu. Aku tenang-tenang aja melihatnya kelimpungan cari sana sini. Benernya nggak tega, tapi kalau dibantu nanti anaknya nggak belajar-belajar bahwa persiapan itu penting.

Aku pribadi merasa lega melihat prestasi belajarnya. Aku menyembunyikan dalam-dalam keinginan untuk membanding-bandingkan Jessie dengan anak lain. Bagiku itu merusak pandangan baik tentang dirinya sendiri. Hasil belajarnya harus dilihat kembali pada kondisinya sendiri. Kayak aku gini agak susah di lingkungan sekolah yang bersaing ketat, tapi aku tetap bersikap begitu. Hasil akhirnya bukan saat tahu Jessie lebih atau Jessie kurang, tapi untuk masa depannya.

Belajar dari pengalaman dan teori, aku menerima saja hasil ulangannya. Aku nggak pernah nuntut dia selalu dapat 100, tapi aku selalu berpesan, "Hati-hati ya Jess kalau ngerjain ulangan." Itu aja anaknya akan selalu berujar seperti ini, "Mom, ulanganku dapet 82,5. Nggak apa-apa ya?" Gimana kalau aku nyecer supaya be the best? Bisa stres berat, kali. Yang penting aku selalu mendampinginya saat belajar, berusaha keras memperlihatkan keseriusanku dalam belajar (maksudku saat menyiapkan ceramah), supaya ada modelling. Anak kan memerhatikan bagaimana sikap ortunya. Kalo kata-kata ortunya sih biasanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri.

Di atas semua itu aku bersyukur Tuhan mendukung dan menguatkan kami sekeluarga. Indah memang hasil yang dinikmati karena bersusah payah mendapatkannya. Praise the Lord Jesus.

0 komentar: