Hari kedua di sana, kami isi dengan menjenguk Pulau Sentosa, secara bapak dan anak belum pernah melihat pulau sohor ini. Banyak yang berubah, antara lain stasiun monorail di dalam pulau itu jadi ada 3, 12 tahun lalu kan hanya satu. Isinya tentu aja banyak yang ditambah, mungkin karena pemerintah melihat animo yang sangat besar dari berbagai negara untuk mengunjungi pulau ini. Bisa bosen dong kalo cuman itu-itu aja.
Ke sininya juga pake perjuangan, biar Jessie ngerasain enaknya mass transport dan menambah kesempatan untuk berakrab ria dengan Audrey. Dari apartemen kami jalan ke stasiun bus terdekat lalu turun di dhoby ghout. Lalu cari yang ke harbour front. Nggak lama, turun deh di vivo city. Tadinya mau ngelanjutin pake bus ke sentosa, tapi udah ditiadakan atau kitanya yang nggak tau tempat pemberhentiannya. Jadi, dari lantai tiga kami naik monorail ke sentosa.
Ada pengalaman menarik di vivo city. Eskalator menuju ke lantai 3 itu rusak. Aku liat otomatis orang ngantri naik dan turun manual di satu eskalator. Memang jadi lama, tapi ketertibannya membuat semua jadi lancar. Coba kalo keruyukan, saling berebut mau naik dulu-duluan, mana bisa lah cepet nyampe di lantai 3.
Sesampainya di lantai 3 itu udah keliatan liak-liuk orang yang antri beli karcis terusan buat di Sentosa. Kami langsung masuk ke antrian untuk naik monorail. Penjagaan ketat tapi bersahabat. Waktu mau masuk dengan tagging tiket MRT, Audrey nggak bisa lewat karena isi kartu MRT nya nggak cukup. Penjaganya dengan cepat menolong. Audrey tetap di luar dan dia lari belikan tiket monorailnya. Wah, luar biasaaa....., padahal antrian tiket monorail panjang sekali. Tapi dia bisa cepat dapatkan tiketnya, kali dia tahu kalo kami dari Indo. Saking penuhnya, udah nggak bisa duduk deh, tapi nggak lama koq, monorail sudah memasuki kawasan Sentosa. Waktu sampe di beach station kami pikir masih ada satu stasiun lagi, eh tuh monorail balik ke imbiah station, cepet2 deh turun, ntar kalo maju lagi ke vivo city bisa cuman bolak-balik di dalam monorail dong?
Tujuan pertama adalah teater 4 dimensi. Kami nonton Pirates. Wah, asyik deh di dalam gedung itu. Berbekalkan kacamata, kami diayun-ayun seolah ikut bermain di film itu. Kalo seolah-olah ada di lokasi film itu kan masih 3 dimensi, waktu salah satu dikerubutin kelelawar, di sekitar kaki seolah-olah terasa kibasan sayap kelelawar. Lalu, waktu tertimpa air, betul-betul tuh kesemprot air. Ini kali yang menjadikannya 4 dimensi.
Abis ngantri, langsung makan. Laper bo....! Mana ujan lagi, tapi asyik makan hot dog anget sambil ujan-ujanan. Lalu kita masuk ke Images of Singapore. Banyak adegan dan peristuwa bersejarah yang diceritakan sedemikian gamblang, sehingga generasi demi generasi mengerti kenapa Singapura dibangun bersama oleh keempat etnik: Tionghoa, India, Malay dan londo. Suatu kali kami masuk di sebuah ruangan. Di sana ada meja kursi kayu tempat orang duduk-duduk di warung. Karena lelah, aku duduk aja di sana. Tau-tau ada orang India motret aku, dikiranya aku bagian dari properti ruangan kali. Waktu aku bergerak, dia kaget setengah mati, sementara aku nggak kuat nahan ketawa. Ada-ada aja!
Selesai kunjungan di jalan keluar dari Images of Singapore, kami samapai ke toko cinderamata. Barangnya lucu-lucu dan sudah sangat berkembang dari bertahun-tahun lalu. Aku senyum lihat Audrey milih-milih mug buat adiknya dan 2 sepupunya. Biasa, anak-anak. Kalo deket berantem, kalo jauh saling merindukan. Jessie beli mug yang dindingnya ada airnya, jadi merlionnya ngapung berenang-renang di dinding mug.
Pk 18.00 kami tiba kembali di Vivo City. Nggak lama Audrey dijemput, sementara aku masih ketemuan adikku.
Kalau nggak salah, Juni ini akan dibuka Universal Studio di sana abis itu kasino kayak yang di Genting.
Jumpa Lagi
Diposkan oleh Mariani Sutanto di 5:07 PM
Label: Jalan-jalan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment