Permintaan Terakhir

Beberapa hari lalu, kami sesama ibu yang menunggui anaknya sekolah ngobrol. Tiba-tiba ada kupu-kupu yang cukup besar terbang mengitari kami beberapa kali. Lalu aku bilang begini, “Kalau dalam kepercayaan Buddha,artinya kita dikunjungi sama orang yang sudah meninggal.”

Dari sanalah berawal berbagai cerita tentang kematian. Salah satunya diceritakan temanku begini, tentang temannya yang ditinggal mati suaminya, sebut saja Dian (bukan nama sebenarnya):

Beberapa hari sebelum kematiannya, tak biasanya suaminya meminta berhubungan intim. Selama ini Dian sudah nrimo kalau tak akan pernah menikmati indahnya persatuan suami isteri. Maklum, suami Dian sakit jantung. Penyakitnya ini menyebabkan suaminya berisiko tinggi jika berhubungan intim. Namun malam itu lain. Dian seperti berhadapan dengan suaminya ketika tahun-tahun awal pernikahan mereka. Dian senang luar biasa dan keduanya menghabiskan malam itu dengan penuh kebahagiaan.

Setelah malam itu kehidupan berjalan biasa, sampai suaminya terkena serangan jantung. Segera ia dilarikan ke rumah sakit. Ternyata hidupnya hanya sampai di sana, suaminya meninggal. Ternyata Dian ditinggali kado terindah sebelum kepergian abadinya.

Kontan ibu-ibu yang ada di sana terdiam. Tiba-tiba ruang tunggu yang biasanya penuh gelak tawa itu menjadi senyap. Mungkin masing-masing membayangkan seperti apa rasanya Dian yang ditinggal mati suaminya.

Kadang-kadang dalam hidup pernikahan, kita menjadi biasa dengan pasangan kita. Permintaannya bukan lagi sesuatu yang spesial, bahkan mungkin terasa mengganggu. Coba deh diinget-inget waktu kita jengkel mendengar permintaan pasangan kita. Belajar dari pengalaman hidup Dian, tak ada yang tahu usia manusia, seperti bunga rumput. Hari ini ada, esok lenyap tertiup angin. Betapa pentingnya permintaan pasangan kita, jika kita menempatkannya dalam kerangka “tak ku tahu kan hari esok”!

5 komentar:

Anonymous said...

Bener Ian, hidup kita emang seperti rumput...duh cerita Dian indah sekali yaakk, meskipun harus kehilangan suami-nya, tapi memori yg ditinggal dalam hari hari terakhir itu yg ngga terlupakan. anyway, Happy weekend to three of you say :)

XXX Shierly
http://www.freewebs.com/shierlynet/homepage.html

Mariani Sutanto said...

Happy weekend juga buat dikau say..:)

Anonymous said...

duh... sedihnyaaa...Memang mungkin setiap bangun pagi, kita harus bersyukur,bahwa Tuhan, sudah memberi perpanjangan 1 hari lagi buat kita, supaya kita masih bisa bersama terus dg orang2 yg dcinta...

Mariani Sutanto said...

Itu dia Dev, yang sering kita lupain,maklum manusia suka banyak lupanya, hiks....

Fiona Siahaan said...

Mengharukan skali.. walopun ceritanya sdh lama tp relevan dgn keadaan skrg.. Tadi sy terima telpon dr sodara dekat yg adiknya baru saja 'diusir'oleh suaminya karena ketahuan selingkuh.. hiks, sedih krn semua msh keluarga dekat.. Refleksi utk diri sendiri juga krn kerikil2 perkawinan itu adalah ujian yg harus dihadapi sampai maut menjemput kita.. Salam, fiona