Menyambut Pagi

Entah sejak kapan, aku paling senang menanti ufuk timur. Rasanya begitu nyaman dan damai melihat semburat oranye muda di langit timur. Koq ya punya rumah ini menghadap ke timur, jadi tiap pagi aku semangat bangun supaya nggak kehilangan momen itu.


Tapi, sejak anak udah mulai sekolah, ketenangan pagi hanya sebatas itu. Biasa, prahara pagi hari. Anakku punya kecenderungan mudah menyerap materi pelajaran di pagi hari. Dia lebih senang tidur cepat di malam hari, lalu bangun pk 04.00 dan belajar untuk hari itu. Daripada sebaliknya, belajar sampai larut malam terus bangun agak siang langsung berangkat sekolah. Aku sendiri happy-happy aja dengan kebiasaan Jessie ini, karena aku juga orang pagi. Banyak kali aku mencoba menaklukkan diri supaya ketenangan pagi bertahan lama. Dari tekad itu, ada yang gagal. Itu terjadi kalo dia kelupaan ada peer yang lumayan banyak. Atau, dia bosan dengan sarapan bubur havermout. Atau dia tidurnya kemalaman gara-gara jalan-jalan di malam hari, jadi masih ngantuk. Atau kalau bukunya kebawa temennya. Banyak deh pokoknya factor yang bisa ngegagalin aku menikmati ketenangan pagi. Tapi senangnya kalo Jessie kooperatif, tidur nggak terlalu malam, bangun pagi dengan tubuh yang segar dan siap sekolah. Makannya juga gampang. Wuaah…, itu paling enak. Kayak hari ini, he…he…he…


Syukurlah, hal ini mulai jadi kebiasaan. Apalagi setelah pulang dari Jakarta, Jessie selalu pamit ke sekolah begini, “Good bye Mom, I love you…” Lalu dia dengan lincah turun dari mobil dan dengan muka berseri-seri menuju kelasnya. Kalo aku sampe kelupaan menjawab, dia terus mengulanginya.


Selamat datang, pagi. It’s really a morning glory. Nggak setiap pagi menyenangkan, jadi aku sangat menikmati pagi yang menyenangkan.

2 komentar:

fanvin said...

moga pagi ini dan pagi2 berikutnya merupakan pagi yg cerah buat cik ian :)

Mariani Sutanto said...

Thanks Ly, kebanyakan sih menyenangkan, kecuali pas aku lagi sibuk en Jessie rewel en ngeyel pas bikin peer, wah itu dia bisa cas endahku, ha...ha...ha...