Trilogi Donna van Lierre

Nggak tau kenapa, kemarin dulu aku kepengen baca lagi tulisannya Donna van Lierre. Bukunya ada tiga yang aku tahu. Yang pertama Christmas Shoes. Waktu Khun bilang buku ini bagus dan mau diterjemahkan ke bahasa Indonesia, aku agak pesimis. Tapi aku baca juga aslinya, dan aku nangis Bombay. Rasanya sedih gitu ngebayangin hidup seorang bocah lelaki yang berjuang membelikan ibunya sepatu sebagai hadiah terakhir sebelum ibunya meninggal. Terus, waktu yang tahu penerjemahnya (Pdt. Joas Adiprasetya) juga piawai bahasa Inggrisnya, aku tambah optimis kalo novel ini bakal laku di Indo.

Bukunya yang kedua aku baca waktu liburan sekolah tahun lalu di Jakarta. Untuk mempertahankan ritme bangun pagiku, aku sengaja bawa novel itu. Baca sambil nerjemahin kata-kata yang jarang aku jumpai. Christmas Blessing nggak segitu menyentuh seperti Christmas Shoes, jadi nggak sampe nangis bacanya.

Nah, bukunya yang ketiga, Christmas Hope, agak lain. Prolognya agak panjang dan ceritanya tentang seorang social worker. Kerja model begini agak jarang di Indo, walopun di sana rupanya sudah jadi hal yang biasa. Aku mulai tersentuh waktu masuk bab 3. Social worker ini ternyata pernah ditinggal mati anak tunggalnya, dan hidup perkawinannya sepoh tanpa kehadiran Sean. Hidupnya berubah waktu dia terpaksa nerima kehadiran Emily, gadis 5 taon, yang ditinggal mati ibunya.

Baru sampe situ sih bacanya, hanya aku jadi tau kalo efek kematian itu begitu kuat. Bisa menggoyahkan pernikahan, bisa menutup jalur komunikasi pasutri, bisa merusak hubungan harmonis anak dan ibu, bisa membuat orang menarik diri dari dunia. Hanya cinta tulus yang bisa membalut perasaan kehilangan itu. Novel ini ‘masuk’ karena aku udah ngeliat kematian dari dekat. Kalo belon, mungkin efek novel ini sedikit hambar.

Paling nggak trilogi ini memperluas ranah afeksiku. Ada serpihan kehidupan yang bisa aku rasakan, walopun aku belum pernah mengalaminya.

3 komentar:

Arman said...

baru tau kalo christmas shoes itu dari novel. ada filmnya lho itu. waktu itu sih saya nonton di tv. bagus banget... bener2 touchy banget!! :)

fanvin said...

rasanya gua pernah nonton pilemnya di tipi, wah emang mengharukan banget..

Mariani Sutanto said...

Buat Arman dan Lily,
Emang dari novel. Waktu sekuelnya mau diterjemahkan lagi, terus dilelang. Jadi nggak jadi, karena kemahalan harga yang harus dibayar. Tapi yang paling bagus ya Christmas Shoes itu.Dulu tayang di Metro TV, tapi udah disingkat2.