Phon dan Buku Tulis Baru

Hari Minggu kemarin aku mengajak Jessie menyiapkan buku-buku tulisnya untuk kelas 4. Namanya menyiapkan berarti mengeluarkan buku tulis kelas 3 dan membersihkan rak meja tulisnya.

Sebelum ini Jessie memang sudah beli beberapa buku tulis, tapi bukan yang paketan, karena khawatir kertas isinya nggak sebagus sampulnya. Tahun lalu dia beli satu paket, ternyata depannya doang yang bagus, isinya tipis dan mudah robek. Jadi, ceritanya dia nggak mau mengulangi kesalahan tahun lalu.

Masalahnya, setelah buku tulis kelas 3 dikeluarkan, ada beberapa buku yang baru terpakai sedikit, nggak sampe setengahnya malah. Jadi, aku minta Jessie memakai buku lama itu dan menyampulnya ulang supaya menyenangkan dilihatnya. "Masak sih Mom, aku nggak boleh pake buku baru? Ini kan sampulnya udah robek?" Jessie mulai mengajuk. Aku liat sampul buku tulis itu memang sudah robek. Aku nggak bilang ya, juga nggak bilang tidak. Aku diam saja sambil menyiapkan buku tulis baru untuk mata pelajaran lainnya. Begitu udah mau selesai, kami kembali diperhadapkan dengan buku peer bahasa Indonesia dan bahasa Jawa yang masih banyak itu tadi. Entah ada angin apa, bisa-bisanya aku berujar begini, "Jess, pake ya buku yang lama ini? Sayang deh kalo nggak dipake lagi, kan masih banyak lembarannya? Kita cari sampul yang bagus yuk di kamar kerja? Lagian, kalo kertas-kertas ini nggak dipake, sayang kan pohon-pohon yang ditebang untuk membuatnya dulu?" Lalu dia berpikir cukup lama, akhirnya nurut.

Aku yang tercenung-cenung. Masak sih anakku harus selalu diberi pengertian yang agak jauh ke depan? Koq dia nggak mau ya terima penjelasan yang sederhana, yang sesuai dunia kanak-kanaknya? Ndilalah, aku juga kadang-kadang nggak bisa berpikir seperti dunia anak-anak, kali kebanyakan dicekokin slogan 'go green.'

Jadi, ada hubungannya tuh antara pohon dan buku tulis. Jawabannya A, ha...ha...ha...

0 komentar: