Gamang

Di sebuah komunitas yang aku ikuti, ada seorang ibu dengan dua orang anaknya. Pertama kali aku melihatnya, langsung timbul pertanyaan dalam hati tentang pekerjaannya. Aku cuma mau tahu aja, karena jarang ada ibu yang seperti ini. Anak-anaknya pun punya cara yang unik waktu memperhatikan orang lain. Aku belum berhasil mendekatinya, karena ia selalu duduk agak menjauh dari kami setiap kali kami berkumpul.

Suatu kali muncul sas-sus kalau ibu itu pernah dijumpai di perempatan sedang mengamen dengan anak-anaknya. Seperti biasa, aku cuek dengan sas-sus itu, karena bagiku itu bukan urusanku. Kalau mau ya ditolong, kalo nggak ya nggak usah diributin atau digosipin, buang-buang waktu dan nggak ada faedahnya.

Kemarin sore, setelah pulang rapat aku berhenti di perempatan Pingit. Lagi asyik-asyiknya mikir, di sebelah kananku melintas seorang ibu sedang begging dengan anak di gendongannya. Set!! Kayaknya aku koq nggak asing dengan wajah ini, lalu aku perhatikan lagi. Wjah yang sebagian etrtutup topi itu ternyata ibu-ibu yang sering mengundang tanya di hatiku.

Saat itulah muncul kegamangan dalam diriku. Gimana ya kalau dia menghampiri jendela mobilku? Kalau aku memperlihatkan bahwa aku mengenalnya, dia malu apa nggak ya? Padahal jelas-jelas dia menutupi mukanya dengan topi agar tak dikenali. Kalau aku nyuekin dia, dia tersinggung nggak ya? Eee...h bener, dia menghampiri jendelaku. Dengan cepat aku memutuskan untuk menatap ke depan sambil menunjukkan penolakan dengan tanganku. Waktu aku melakukan itu, aku hanya tidak ingin dia malu lalu nggak muncul lagi di komunitas kami.

Sampai lampu hijau dan aku sudah di rumah, aku masih terus memikirkan ibu itu. What should I do actually? Aku jadi pengen mendekatinya di waktu pertemuan kami nanti. Mungkin aku bisa memulai dengan pertanyaan, "Kayaknya saya ketemu ibu Sabtu lalu di Pingit?" Emang kalo gini cara bertanya model Yogya paling cucok, muterlah dulu sampai ke Solo baru balik lagi dengan pertanyaan yang semakin fokus. Intinya aku pengen menjenguk ke jendela hidupnya, kan gimana-gimana juga kami rutin bertemu. Pastilah ada alasan mengapa sampai ia menjadi seperti itu. Hanya, kalau sas-sus itu benar adanya, mungkin sebaiknya ada tindak lanjutnya. kalau-kalau ada sesuatu yang bisa aku bantu untuknya.

Dunia memang sedang bersusah...

0 komentar: