Kalo diinget-inget 24 taon lalu, aku menginjakkan kaki di Yogya. Begitu turun langsung nginep di Hotel Merdeka, sekarang Phoenix Hotel.
Soal kota sih aku nggak terlalu kaget, karena biasa pindah kota, soal bahasa bikin aku mabok waktu itu.
Mabok pertama tuh waktu beli makan di warung ijo Jl. C. Simanjuntak. Penjualnya tanya, "Pake ikan nggak, Mbak?" Spontan aku mencari-cari mana ikannya, karena di situ adanya aym goreng dan empal. Aku geleng-geleng, jadilah pagi itu aku makan sayur kacang ijo pedessss banget. Lama-lama, dari percakapan sehari-hari aku baru tau kalo yang dimaksud 'ikan' itu segala macam lauk yang berjenis daging. Mau ayam, may sapi, mau kambing, mau ikan beneran, semua disebut ikan. Hebring euy...
Mabok kedua kalo diterangin jalan pake arah mata angin. Wah, kalo ini aku mabok beneran. Abis orang-orang di Yogya kalo disuruh ulangan mata angin gitu, nilainya A+++ kali. Dengan pengetahuan yang kiri dan kanan, sekarang harus belajar mencerna mana barat, mana utara, mana timur, mana selatan. Kalo aku cari penjelasan kenapa sih nunjukin jalan koq pake barat timur segala, kan jadi pusying. Aku selalu dapet jawaban, "Supaya nggak perlu tanya jalan itu dilihat dari arah mana. Barat ya barat, dst.nya." Aku menikmati petunjuk arah ini setelah tiga tahun berdomisili di sini. Aku juga belajarin tuh barat timur dkk dalam bahasa Jawa. Tapi tau nggak, kalo ditanya mau ke mana sama pak parkir kantor pos di dekat sekolah anakku, amannya aku tunjuk aja arahnya. Jadilah si Bapak tersenyum-senyum maklum sama pengunjung setianya ini.
Mabok ketiga, soal rasa makanan. Wah, kalo ini jasa sambel botol amatlah besar. Aku kan jarang, nggak pernah malah, makan yang manis-manis, terutama sayur. Di sini sayur bayam (nama kerennya sayur bening) itu manis, sayur asem ya juga manis. Terpaksa aku membubuhi sambel botol biar ketelen. Lama-lama bisa menikmati juga sih. Cuman...kenapa kuah soto selalu cair dan bening, itu yang aku belum bisa nikmati sampai sekarang. Aku heran kalo ada yang seneng banget makan soto. Penyuka soto juga heran kali ya liat aku gak suka soto, ha3.
Dua minggu lalu, ada kawanku datang ke Yogya. Dia datang dari Padang. Suatu kali beli jajan ke pasar Kranggan. "Bu, ini apa namanya?"
"Getuk, Mbak."
"Kalau yang ini?" (sambil menunjuk penganan di sebelahnya)
"Podho, Mbak." (maksud ibu penjual ya sama saja getuk, mungkin berbeda warnanya)
"Ya sudah, beli getuknya satu, podhonya satu." (si ibu terbengong-bengong sambil tetap melayani kawanku ini). Di kemudian hari baru kawanku tahu bahwa podo itu artinya sama, bukan jenis atau nama penganan. Malunyaaa....
Ini termasuk culture shock kali ya? Tapi, abis shock itu terus jatuh cinta sama ketenangan Yogya, hingga 24 tahun kemudian, aku masih aja betah di sini.
24Tahun Lalu
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment