Apa Bisa?

Satu hal yang tak pernah aku impikan adalah menghadiri reuni. Apa pun kelompok reuni yang mengundang aku, dengan entengnya aku menolak hadir. Bagiku reuni itu hanya pekerjaan buang-buang waktu dan mengenang-ngenang masa lalu, koq seperti nenek-nenek atau kakek-kakek yang duduk di kursi goyang dan tinggal tunggu waktu, sementara dunia berjalan progresif dan cepat.

Tapi asumsiku itu berubah setelah bertemu banyak teman lama di jejaring sosial. Karena ada fotonya, aku terbantu untuk mengingat. Tapi jujur aja, memori 30 taon lalu (kira-kira aku SMP) atau waktu aku SD banyak yang hilang. Apalagi, kalo nama-namanya mirip-mirip-mirip, nah sel abu-abuku harus kerja ekstra keras.

Lebaran tahun ini aku nggak kemana-mana karena tiba-tiba aja aku malas bepergian. Tahun lalu, begitu antrian karcis KA dibuka, aku ikutan ngantri mau ke Jakarta lawan arus. Tapi tahun ini kepikir juga nggak untuk ke tempat-tempat jauh, yang deket-deket dan biasanya kami rencanakan kalau ada 2 hari libur berturut-turut, juga nggak masuk pikiran samsek. Nggak kepingin aja pergi ke Solo, seperti biasanya, atau ke Magelang, atau yang lainnya.

Kamis atau Jumat minggu lalu, teman se kost ku dulu tiba-tiba sms ngajak ketemuan. Dia mau ke Yogya. Aku menjemputnya di bandara Minggu pagi. Siangan dikit teman se kost ku yang dari Solo juga dateng, wah tambah seru, karena anak-anaknya seperti mimpiku dulu, empat! Karena mereka belum punya tempat menginap, aku telponin deh temanku yang punya guest house di belakang seminari Kentungan. Begitu kamar dinyatakan ada, aku langsung antar mereka ke sana. Ternyata .....is so sweet. Kita nggak cuman ngomongin "Inget nggak dulu..." tapi juga masa kini dan ke depannya.

Jumat minggu ini teman-teman dari masa kuliahku yang akan datang. Kalo yang ini aku gamang betul. Temen se kost sih relatif mudah mengikuti arah pembicaraan, kalo temen-temen kuliah itu aku yang agak susah ngikutin. Nyesel juga dulu aku kuliah hanya untuk kuliah. Ruang gaulku di tempat lain. Jadi, aku hanya berhandai-handai kalau ketemu di ruang kuliah. Kadang-kadang aku lupa samsek, ini orangnya yang mana ya? Waktu ada yang telpon aku bulan lalu, aku harus segera merecall memoriku karena nggak ada nama seperti itu di antara teman-temanku sekarang. Begitu dia bilang psikologi, baru deh aku nyantai. Ada sih yang aku langsung akrab, tapi sangat sedikit dibanding lainnya yang aku hanya tahu namanya aja.

Memang jejaring itu mengakrabkan kami, tapi apa bisa nanti aku langsung nyemplung ngobrol? Apa bisa aku nggak cuman diem sambil senyam-senyum, seperti yang biasa aku lakukan kalau bertemu orang baru? Apa bisa aku nimbrung di 'kerjaan perempuan' pada umunya yang bicara soal baju, mengurus anak, atau urusan dapur? Sementara duniaku sekarang ini agak maskulin, yang penuh dengan rapat, dll. Apa bisa nanti aku nggak canggung berakrab-akrab sementara sel abu-abuku tak mau diajak kompromi? Apa bisa...apa bisa...apa bisa....???

2 komentar:

deviw said...

salam kenal bunda. mas benny nih yang rekomendasi. tanggal 26/9 lalu kami sempat kopi darat, setelah sering bergumul di dunia maya :P Bunda di Jogja juga kan? sepertinya akan lebih mudah nih kopdarnya hehe ngarep.com

Mariani Sutanto said...

Iya, aku di Yogya, nak, ha3. Kamu tinggal di daerah mana?