Target

Semalam, kami berdua disuguhi film The Sitter. Begitu ngeliat lakonnya, aku langsung berasa nggak enak, karena thriller ini mengaduk-aduk rumah tangga orang. Karena nggak nonton dari mula, aku nggak tahu kenapa si lakon menjadikan keluarga baik-baik ini sebagai targetnya.

Karena si istri bekerja, kedatangan baby sitter yang prigel, trampil dan gemati jadi sangat menolong. Pekerjaan maju, rumah beres, mau apa lagi? Sampe tetangganya melihat suatu keanehan pada diri si baby sitter ini. Tapi ketauan kalo dia mau cerita ke si istri, tetangga itu akhirnya mati. Setelah pemakaman tetangga naas itu, si istri pulang bersama temannya, dan suaminya pulang dengan anak-anak dan baby sitternya. Di rumah, baby sitter ini seolah-olah tak tahu kalau di kamar mandi ada orang. Hanya dengan kamisol terbuka dia membuka pintu kamar mandi, yang di dalamnya si suami sedang mandi. Kalau mandi ya nggak pake apa-apa lah. Si suami langsung jengah, tapi si baby sitter menutup pintu sambil matanya mengerling gimanaaa gitu.

Adegan demi adeganyang makin lama makin serem, dan keliatan kalo si baby sitter ini pengen ngerebut sang suami, walaupun untuk itu dia harus membunuh sang istri. Aku nonton sambil ngeri-ngeri sambil teringan Fatal Attraction bertahun-tahun lalu.

Jadi emang bener setan ada di mana-mana, terutama dia menggoda rumah tangga yang baik-baik, aman tentrem dan berbahagia. Rasa aman di keluarga bisa terkoyak karena teledor tak meneliti siapa yang berusaha mendekati keluarga, tak berdaya mengatasi kerepotan berbagai tugas yang harus diselesaikan relatif pada waktu yang bersamaan, kurangnya waktu berkualitas di antara anggota keluarga dan tuntutan ekonomi yang semakin tinggi. Kalo udah mikir sampe ke sini, bisanya cuma berdoa supaya Tuhan melindungi keluargaku dan keluarga-keluarga di dunia. Jangankan sebulan ke depan, semenit berikutnya aku juga tak kuasa mengetahuinya. Selain doa, suami istri ya harus alert dengan situasi zaman. Mengikuti zaman tanpa terhanyut, bukan perkara yang gampang. Makanya suami istri harus bergandeng tangan mengarahkan biduk keluarga ke tempat yang aman.

Jadi inget ucapan selamat dari pendeta kami saat kami menikah, "Khun, Ian, selamat menempuh hidup baru, dan selamat memperjuangkan hidup bersama."

0 komentar: