Nasihat Laki-laki

Pernah nih temenku, laki-laki, memberi nasihat begini begitu sama ibu yang sedang cemas menunggu saat melahirkan. “Tentu aja nasihatku nggak diperhatikan, kan aku belum pernah dan nggak akan pernah melahirkan,” katanya sambil tersenyum-senyum rada nyengir dikit.


Iya lah, laki-laki koq memberi nasihat supaya gak usah cemas menghadapi saat melahirkan. Wong sesama perempuan aja musti liat-liat. Kalo yang udah pernah melahirkan secara “mak sret”, artinya kena pisau bedah alias Caesar, gak bias menasihatkan perempuan yang melahirkan secara “mak ceprot” alias spontan, bagaimana duduk yang nyaman. Tempat sakitnya kan laen? Apalagi laki-laki, yang sama sekali gak sakit, cuman bisanya nyeponsorin doang…


Maksudku begini, di dunia kan banyak tuh yang keliatannya saleh, idupnya bener, perkawinannya bahagia, anak-anaknya jempolan, tapi benernya gak begitu. Contoh konkrit: tengkulak di bidang apa aja. Kalau di perkumpulan masyarakat dia menampilkan sosok yang dermawan, memperhatikan sesamanya, bahkan mungkin petinggi masyarakat. Tapi di tempatnya berpraktik sebagai tengkulak…..: taringnya tajam, lidahnya seperti pisau victorinox yang bisa nusuk kemana-mana, otaknya licik, tega ngeliat orang berlelah-lelah demi ngebayar bunga pinjaman kepadanya yang mencekik leher. Nah, tempat praktiknya jauh dari lingkungannya sehari-hari. Apa yang dilihat orang padanya? Wah, si A itu saleh ya, dermawan lagi, mana keluarganya juga oke punya, bo!


Kalo orang seperti itu berkoar-koar tentang kasih, pengorbanan, kebenaran, kejujuran, memperhatikan janda dan fakir miskin, pastilah dia dipercaya. Kan terkenalnya sebagai orang saleh??? Cuma ada yang selalu melihat dan sering dilupakan kehadiran-Nya: Yang Mahakuasa. Orang seperti ini ditaruh di tempat yang licin, tinggal tunggu waktunya aja. Kalo tiba waktunya orang memergoki belangnya, yah... seperti nasihat laki-laki itu tadi!

0 komentar: