Yogya Penuh

Yogya Penuh

Beberapa waktu lalu, pas bapak ibuku di sini, mereka bilang mau ngajakin ade-adeku ke sini. Makan udang Mang Engking. Tuh udang bakar madunya sip sekali. Rupanya bapakku ketagihan.

Setelah itu tak ada kabar kaburnya lagi. Tau-tau, ade-adeku nelepon pada jadi ke sini. Yang satu naek pesawat sama istrinya, yang satu lagi bawa mobil sekalian nengok kampung halaman mbak-mbak pengasuhnya di daerah purwokerto.

Jadilah kitakumpul rame-rame di sini. Tentu aja rumah kami tak muat, jadi mercure kebagian jadi tuan rumah selama 8-10 April.

Di tengah upaya sangat keras mencapai Mirota Batik, salah satu iparku berkata, “Nggak gua sangka tuh. Yogya gedhe juga ya?”

Yang satu lagi bilang begini, “Kita sampe mana nih? Bukannya udah keluar Yoga terus ke Purwokerto terus balik lagi?”

Dia kesel juga gara-gara jalanan macet sekali. Rupanya setiap orang punya pikiran sama kali ya untuk menghindari malioboro. Akibatnya jalan alternatif jadi rame. Kami ambil jalan alternatif ke arah Jl. May. Suryotomo. Harusnya kalau sampai di perempatan Senopati, bisa belok kanan langsung ke Bhayangkara, belok kanan lagi, nyampe deh. Ternyata, malam itu semua orang tumplek blek di Sekaten. Menjelang penutupan Sekaten kan masuk area Sekatennya udah gratis. Akhirnya semua mobil disuruh terus ke arah selatan, muter sampe ke Jl. Parangtritis, Letjen Suprapto, Ahmad Dahlan, Bhayangkara. Macet di mana-mana. Motor berseliweran nggak ada abisnya, sampe adeku yang besar tanya, “Pernah nggak ya ada yang tahu berapa jumlah motor di Yogya? Penuh banget kayak kunang-kunang aja!” He...he...he...

Demi mencapai tujuan ke Mirota Batik, kita berhenti di Bhayangkara, terus melaju by becak ke Malioboro. Udah kayak turis aja, iring-iringan naik becak. Itu wisata malam pertama di Yogya.

Malam kedua juga begitu, pulang pergi naik becak ke Malioboro. Untung nggak naik mobil, padat merayap, Bo! Jalan setengah meter melulu, bisa-bisa nyampe di Malioboronya pk. 22.00, lagi!Yang mengerikan perjalanan pulang menuju Mercure, becaknya nggak mau rugi, dia jalan melawan arus, padahal jalanan becak itu harusnya hanya satu arah menuju Malioboro. Berapa aja tuh orang yang diserempetnya. Hebatnya, tukang becaknya yang marah-marah karena si pejalan kaki tak mau minggir. Iparku tersenyum melihat aku senewen.

Itulah Yogya sekarang, yang menjadi primadona tujuan wisata di tengah liburan. Makin macet,makin banyak kali kesenangan melihat-lihat sekeliling.

1 komentar:

Apollo Lase said...

aku jadi pengen ke yogya nih...
nanti diguide ya bu :D