Begitu baca tulisan itu di sebuah mobil bak terbuka, langsung mataku mencari-cari. “Mana nih yang jual bajigur? Udah lama banget nggak pernah minum, bahkan dengar kata bajigur diucapkan,” kataku dalam hati.
Bajigur itu bukan makian, tapi minuman. Rasanya manis, terbuat dari santan dan gula jawa, lalu ada potongan kelapa kecil-kecil di dalamnya. Di Bandung, itu makanan yang dijual keliling ke komplek-komplek perumahan. Biasanya hangat-hangat dan hanya pada sore hari. Di rumah makan atau di warung sih ada juga, tapi nggak senikmat kalo dibeli dari abang-abang yang keliling dengan gerobaknya. Soalnya, bisa minum bajigur sambil duduk-duduk di teras menikmati sore. Paling nggak, itu yang biasa aku lakukan dulu waktu tinggal di Pasirluyu, Bandung Selatan.
Jadi, bisa dong ngebayangin, kayak apa senangnya aku melihat ada yang jual bajigur di Yogya? Udah kebayang aja minuman favoritku itu. Nggak apa-apa deh, kalau aku harus beli ini begini hari. Maksudku, bukan sore-sore tapi sekitar jam 10-an. Yang penting, kangen terobati.
Pelan-pelan aku menelusuri Bintaran Kulon. Ternyata....., warungnya babk belur cukup parah akibat gempa. Sampe tutup dan banyak orang yang sedang memperbaikinya. Papan namanya masih tertempel jelas, “Bakmi dan Bajigur Pak Rochyadi”, begitu tulisannya. Gagal deh harapan memupus kangenku. Moga-moga cepat buka lagi ah...
Bakmi dan Bajigur
Diposkan oleh Mariani Sutanto di 4:17 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 komentar:
Ci Iannnn, ke Tangerang aja klo mo minum Bajigur. Pokoknya ditanggung ngejegur dehh. :p
Buset Dew, panjang bener manggil namaku. Sip deh. Ngomong2, tangerangnya di mana sih? Mamaku punya rumah di taman modern, itu rumahmu bukan?
Post a Comment