Betapa Ajaibnya Pujian

Tiga hari ini rumah kami tenang, jauh dari teriakan dan bentakan. Koq nggak dari dulu-dulu ya. Itulah momen, kairos, yang nggak bisa dijadwalkan datangnya. Mungkin juga karena Jessie sudah semakin besar, jadi udah lebih ngerti.

Beberapa hari ini, aku banyak menyirami Jessie dengan pujian. Tapi khas aku gitu, jadi kalo orang lain mendengar, dikiranya bukan pujian...:). Nggak bakat sih kalo bilang seumpama, “Aduh manisnya anak mamii.....” sambil multnya mencas- mencus. Pujian yang aku ucapkan itu berkaitan dengan kemauan Jessie untuk beresin bukunya sendiri, berlatih keyboard, dll. Selain pujian, aku juga memperbanyak memeluknya. Biasanya kan kalobangun tidur pagi. Ini siang dan malem juga aku peluk-peluk badannya yang gemuk berisi itu, hmmm...

Dari aku sendiri, aku mengurangi ngomel dan bawel. Jadi kalo Jessie susah diajak sikat gigi, aku duluan aja, lama-lama dia nyusul juga. Kalo udah mau telat, aku bilangin waktunya tinggal 55 menit lagi sebelum bel bunyi. Kalo udah begiu, langsung deh dia cepet-cepet sikat gigi dan mandi.

Dalam doa bersama, kami juga mendoakan supaya keeratan keluarga semakin terjadi.

Lengkap deh, semua aspek udah dilakukan, tinggal menjadikannya kebiasaan menggantikan kebiasaan turun temurun: kalo anak nggak mau nurut, bentak aja; kalo anak nggak mau belajar, teriakin aja; kalo anak nggak mau patuh, tinggalin aja.

Syukurlah.

0 komentar: