Diskusi Siang

Suatu kali waku aku dan Jessie makan siang, tiba-tiba muncul sebuah topic diskusi yang aku pikir penting buat dia. Di rumah itu, kalo lagi cerita-cerita ada satu nama yang selalu muncul. Hampir tiap ari Jessie nyebut nama dia. Nah, pas makan siang itu dengan setengah berbisik (padahal di rumah ya cuma ada kami berdua) dia berkata begini, “Mam, katanya Y itu anak angkat lho!”

“Jessie tau darimana kalau dia anak angkat?”

“Soalnya papanya kan lagi operasi mata, jadi yang jemput Y itu mamanya.”

“Terus, kenapa? Kan itu memang mamanya?”

“Iya, tapi laen banget sama Y. Lagipula, temen-temen bilang koq kalo dia diambil dari panti asuhan…”

Aku pengen kejelasan apakah dia melihat keberbedaan Y dari orangtuanya sebagai faktor yang membuatnya mengambil kesimpulan kalau Y itu anak angkat, tapi nggak tega. Rasanya seperti membongkar sendiri fondasi yang aku tata dengan susah payah. Fondasi itu antara lain jangan memandang orang dari warna kulit, agama atau budayanya. Maksudku, janganlah bersikap diskriminasi kepada siapa pun dan terhadap apa pun. Temennya Jessie ini memang berbeda sekali dari orangtuanya, yang otomatis melahirkan pertanyaan kalau melihat mereka berjalan bersama.

Lalu aku melanjutkan diskusi kami, “Emang kalo dia bener anak angkat, kenapa Jess?”

“Ya nggak apa-apa, tapi gimana gitu lho!”

“Yang penting kan dia disayang? Ada koq yang anak kandung tapi nggak disayang?”

“Apa Mam, contohnya?”

“Ya anak kandung tapi nggak dirawat. Dibiarinin aja mau ngapain sesuka hatinya. Mau belajar boleh, nggak mau sekolah juga boleh. Mau makan boleh, nggak mau makan juga boleh. Kayak- kayak gitu contohnya.”

“Misalnya kalo mau beli maenan disuruh pake uangnya sendiri, gitu?”

“Bisa juga. Tapi kalo gitu kan untuk mendidik anaknya supaya nggak boros, bukan tanda nggak disayang. Nggak disayang itu lebih kepada disia-siakan, ditolak, nggak diinginkan keberadaannya, dibenci.”

Sampe di situ diskusi kami berhenti, soalnya makan siangnya udah selesai. Aku bersyukur topic ini muncul, jadi Jessie bisa tau kalo status anak angkat itu nggak apa-apa dan bukan sesuatu yang hina. Banyak kan orang yang mengangkat anak karena sebab-sebab mulia, bukan hanya karena pengen keturunan. Hanya saja, di Indonesia kebanyakan orangtua angkat menyembunyikan status anaknya yang bukan anak kandungnya. Lain sekali di Amerika, mereka dengan terbuka menjelaskan kalau mereka adalah orangtua angkat. Aku oernah baca kisah seperti ini di Femina, tentang orang Amerika yang mengangkat anak dari China. Itu sih jelas banget deh bedanya. Yang satu pirang, yang anaknya sipit. Tapi karena keterbukaan dan kasih saying yang sangat besar dan dalam, kenyataan itu tidak menyakitkan. Kalau ditutup-tutupi memang akan melahirkan prasangka buat si anak angkat.

4 komentar:

Anonymous said...

Anak kandung lahir dari perut, anak angkat lahir dari hati

Mariani Sutanto said...

Nah, good proverbs tuh. Bahagianya Yuli punya suami bijak seperti dirimu. Salam!

Anonymous said...

@mariani

Iyalah kalao lagi bijak, kalo lagi bego...minta ampun deh

Mariani Sutanto said...

Itu overload, yul. Makanya sering-sering download biar gak hang:)