Eksplorasi Bakat Anak

Beberapa hari lalu, kawanku sms, bunyinya,” Masuk tivi koq nggak ngajak-ngajak? Ha…ha…ha…” Terus terang aku kaget, soalnya nggak berasa menghadiri event tertentu yang cukup signifikan buat dimasukkan ke berita tivi. Siang harinya, waktu aku ke rumahnya baru deh diceritain kalau aku dan Jessie ada di berita pagi Trans7. Katanya aku di shoot lagi duduk-duduk santai, lalu Jessie datang membawakan pizza buatannya. Wah, itu peristiwa setahun lalu, pas liburan kenaikan kelas, sehabis aku dari Jakarta. Itu salah satu ekplorasi bakat Jessie. Siapa tau dia bakat masak, walopun aku nggak. Jadi aku ikutkan children cooking class di Novotel.

Aku memang sedang eksplorasi bakat anakku. Tau sendiri kan, waktu aku kecil ortuku mana sempet mikirin bakat anaknya. Kadang-kadang belajar aja nggak sempet ditungguin, soalnya kami berempat. Jadi, ini semacam perbaikan masa kecil, supaya masa kecil Jessie dijalani dengan pengalaman yang kaya.

Pertama kali aku cobain ke nari. Sejak umur 2 tahun dia udah aku ajak ke sanggarnya Didi Nini Thowok. Kira-kira 3x datang tangan dan kaki mungilnya mulai bergoyang-goyang mengikuti irama gamelan. Hanya saying, terputusa karena dia masuk Kelompok Bermain siang hari, jadi abis sekolah udah lelah. Waktu itu rumahku di ujung dunia, jarak ke tempat nari kira-kira 20 km. Untuk ukuran Yogya, segitu tuh jauh banget. Narinya nyambung lagi sejak umur 4 tahun sampai sekarang. Apakah Jessie berbakat nari? Mungkin ya, karena mamaku mudanya penari ballroom, lhoh…jauh banget linknya? Ha…ha…ha…! Mungkin juga nggak. Bakat itu muncul karena dia rajin berlatih di rumah dan di les, lalu sering diajak pentas sama sanggarnya. Memang keliatan sedikit lebih karena kalau denger musik, biasanya Jessie langsung goyang dan merancang gerakan tari.

Selaen itu aku nyobain dia maen piano. Lesnya sih piano, tapi alat di rumah hanya keyboard buatan China yang 200 ribu. Aku kembalikan ke prinsip, yang penting kemampuan, bukan alat. Kalo Tuhan kasih rejeki lebih dan dia memang seneng musik, barulah direncanakan beli alat musik yang standard. Sekarang ini latihan musik di rumah masih harus didorong-dorong. Tapi aku sadar kalo itu invest jangka panjang. Lhah iya lah, mana bisa jadi seperti Purwa Caraka dalam waktu 4 tahun? Jadi, masih tanda tanya juga, namanya juga eksplorasi. Hanya aku pikir bermain alat musik itu penyaluran yang bagus buat Jessie, yang typically sanguine.

Di bidang olahraga aku ‘maksain’ dia renang. Bagus buat asmanya dan renang itu olahraga yang paling kecil risiko kecetit ototnya, karena otot jadi lentur di dalam air. Susah payah juga sebelum dia mencintai renang. Kami turuti kalau dia harus beli peralatan renang yang nggak murah. Supaya gerakannya bisa oke.

Pendek panjang, eksplorasi bakat anak butuh kesabaran, kemauan coba-coba dan kejelian melihat golden age nya. Kalo nggak, jadilah dia seperti generasiku yang nggak diapa-apain ortu dan akhirnya hanya menjalani rutinitas. Generasi penerus seyogyanya sih lebih bagus dan lebih adaptif.

1 komentar:

Anonymous said...

Hai...
btul toe eksplorasi bkt anak emang butuh kesabaran, lebih mudah kalau kita kenal karakter anak kita sendiri...mumpung punya anak cuma 1dieksplorasi trs biar jadi generasi yg handal...