Kuda dan Naga

Salah seorang temenku tanya-tanya shio kami sekeluarga. Fokus perhatiannya tertuju pada shio aku dan anakku. Katanya kuda sama naga nggak cocok, bisa berantem terus. Antara percaya ama nggak nih ama omongannya. Sebagai orang yang mengerti kebenaran Firman Tuhan, shio-shio an emang cuma pertanda kelahiran aja, nggak mempengaruhi hidup orang. Tapi kenyataannya, emang kami sering banget berantem. Mulai dari yang remeh temeh sampai yang prinsip. Mula-mula seneng-seneng, terus mulai eyel-eyelan sampe akhirnya salah satu marah ato nangis. Kebanyakan sih yang nangis, ya anakku, soalnya aku lebih gedhe dan suaraku lebih keras... he... he... he...

Terus, menurut temenku juga naga itu shio besar, bahkan disebut raja udara. Jadi, kalo orang naga nggak bisa ditekan. Begitu ditekan, langsung keluar semburan apinya, alias ngamuk. Padahal, aku ini shionya kuda api, yang katanya orang-orang juga suka menginjak-injak. Nah lho! Tambah klop aja nih ketidakcocokanku ama anakku, kalo dilihat dari shionya.

Dari ngomong main-main aku jadi kepikiran. Kan nggak enak kalo rumah cuma diisi dengan pertengkaran dan teriak-teriakan? Lalu, liburan ini aku mencoba merunut kenapa aku dan Jessie sering bertengkar. Satu-satunya lelaki di rumah sampe pusing tujuh keliling. Ada beberapa momen signifikan ketika aku menggunakan metode bujuk rayu dan Jessie menurut. Momen pertama waktu dia berantem sama temennya. Aku omongin pelan-pelan, akhirnya Jessie mau menyerahkan kursi yang jadi barang rebutan ke temennya. Itu waktu dia umur 2 tahun 8 bulan. Momen kedua waktu aku insaf supaya menghilangkan perang pagi hari. Jadi aku nggak panggil-panggil Jessie supaya sikat gigi sebelum sekolah, tapi aku gandeng tangannya dan mengajaknya beranjak dari depan televisi. Itu waktu dia umur 3 tahun 2 bulan. Momen ketiga waktu dia keseringan ngeyel sampe aku yang nangis saking capek ati. Dia kaget liat aku yang biasanya galak sampe nangis. Itu waktu dia umur 5 tahun 5 bulan. Momen terakhir waktu aku berenang sama-sama dia di luar jam-jam les renangnya. Aku mencoba memaklumi keengganannya ambil nafas sendiri waktu renang gaya bebas. Ini waktu dia umur 6 tahun 3 bulan.

Dari momen-momen signifikan itu, aku melihat sebenernya bukan masalah shio sih, tapi lebih pada gimana memperlakukan Jessie sesuai dengan ciri khasnya. Tambahan lagi dia anak tunggal, jadi kendalanya banyak. Salah satu temenku bilang Jessie itu sensi banget, jadi mungkin aja Jessie jarang-jarang diajak becanda, he...he...he...

Satu lagi yang aku liat waktu merunut ke belakang, mungkin aku jadi kurang sabar karena Jessie mulai gede. Dulu waktu dia bayi, aku sadar harus menolongnya dan membantunya. Tapi waktu dia mulai mandiri, aku langsung memperlakukannya sebagai orang dewasa kecil. Kan salah besar. Jadi hasil merunut-runut ini, ada beberapa kesimpulan nih:

1. Aku harus bersabar, sangat bersabar dengan proses belajar Jessie, terutama dalam
upaya menjadikan dia anak yang mandiri.

2. Aku harus banyak mengurangi volume suara, wong yang denger ya cuma Jessie, bukan
orang se aula, he...he...he...

3. Kuda ama naga, ato naga ama ular, ato kuda ama ular, boleh jadi pertanda kelahiran aja,
bukan dijadikan patokan kerukunan orang. Ada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang sangat
berperan dalam membentuk kepribadian orang. Buktinya aku sama mamiku sekarang bisa
rukun, walaupun dari remaja sampe lulus mahasiswa breng terus.

4. Perkataan yang tepat pada waktunya kan seperti apel di pinggan emas? Nah aku musti
banyak belajar gimana supaya bisa menyampaikan perkataan dengan tepat. Kepada Jessie
khususnya dan kepada semua orang pada umumnya.

Never... never... give up and cheers me up!

0 komentar: