Teman-teman di Kediri

Apa sih yang kita butuhkan kalau tinggal di sebuah kota? Bagiku, kota tanpa teman tuh sepi. Kayak kebun tanpa bunga. Berhubung aku nggak pernah tinggal di Kediri lebih dari sebulan, namanya teman itu jadi komoditi langka. Jadi kalau pulang ke Kediri, aku hanya berdiam di rumah ortu, pergi ke mal, pergi ke supermarket, makan. Nelangsa deh rasanya.

Hampir dua tahun ini akhirnya aku punya teman, lebih tepat: teman-teman, karena mereka satu komunitas. Awalnya sih hanya kunjungan biasa. Lalu aku mulai bisa sedikit curhat. Lalu jadi deh sohib, karena komunikasi yang cukup intens.

Begitulah. Liburan kemarin aku sempatkan kembali berkunjung ke teman-temanku itu, di susteran Puteri Kasih. Kali ini aku masih bisa membuat copy tulisan-tulisan inspiratif salah satu teman di sana, Sr. Anna, PK. Tulisan itu bersumber dari buku-buku yang dibacanya atau ceramah-ceramah yang dihadirinya. Kapan-kapan aku akan memuat tulisannya. Kesempatan ini langka karena waktu kunjunganku Juli lalu, tak ada sama sekali kesempatan bikin “copy”nya. Kali ini, begitu ketemu langsung deh aku copy karyanya, daripada tertunda-tunda lagi.

Kunjungan kali ini juga istimewa, karena aku diperkenalkan dengan para calon suster yang tengah mengikuti pendidikan di sana. Selain itu juga ada seorang teman Sr. Anna yang sedang berkunjung bersama keluarganya. Begitu aku dengar namanya Anita Lie, aku langsung ingat kalau beliau itu salah satu yang memberi komentar di salah satu buku terbitan Kairos Books. Dinnernya seru, soalnya di saung yang didisain Sr Anna dengan ilham rumah di Papua. Ditemani semilir angin malam dan perbincangan seru, rasanya malam tak seharusnya berlalu begitu cepat.

Setelah dinner, ternyata putrinya Bu Anita Lie mau menginap semalam di susteran. Jadilah kami mengantarnya ke kamar tamu lalu berpamitan. Di mobil aku tanya ke Bu Anita anaknya ada berapa. “Ya cuma satu itu,” jawabnya. Wah, bisa nih sharing kapan-kapan gimana cara yang tepat membesarkan anak semata wayang. Soalnya menurutku anaknya cute en manis budi. Kali-kali aja ada kiatnya saat anaknya melewati tahap-tahap perkembangan yang penuh gejolak.

Aku bener-bener senang liburan kali ini, karena bertemu teman-teman. Berlalulah waktu-waktu sepi tanpa teman di Kota Tahu ini.

1 komentar:

Anonymous said...

Halo Mariani, salam kenal.
baca cerita kamu mengenai Sr.Anna, PK.
Betul sekali itu suster pinter banget.
Dulu aku juga jadi salah satu 'murid' dia;)
pengajaran dan cerita ttg pengalaman beliau
sungguh bagus.
Kalo ada waktu, mau banget baca copy karya nya