Keputusan untuk turun lapangan diambil mendadak. Boleh dikata insight, karena selama ini hanya berhubungan dengan surat kalau meminta tempat praktik untuk mahasiswa. Di zaman yang serba ngelektronik ini, sentuhan kekerabatan kami rasa tetap perlu. Alasan kedua sebenarnya adalah untuk melihat sejauh mana mahasiswa berinteraksi dengan baik di masyarakat, bukan hanya dengan komunitas gereja tetapi juga dengan masyarakat sekeliling. Yang terakhir itu yang penting adalah sebagai sarana supaya kalau ada kekurangan, mahasiswa bisa memperbaiki dan kalau sudah baik isa terus ditingkatkan sampai masa praktik berakhir. Itu sebabnya kami memilih waktu di tengah-tengah masa praktik, yang kebetulan juga bersamaan dengan liburan sekolah. Biasaa.., ibu-ibu yang turun ke lapangan mau nggak mau musti ajak buntut. Agak merepotkan sih tapi seru rasanya.
Pertama kali kami masuk Kartasura, berangkat pk 15.00 dari Yogya. Perjalanan Yogya – Kartasura lancar, karena itu tengah-tengah hari. Anak-anak yang tadinya masih malu-malu akhirnya bisa lancar dan bercanda ria di perjalanan. Untung saja rekanku punya suami yang kasih tau di mana tepatnya letak GKI Kartasura. Bayanganku sih di dekat terminalnya, nggak taunya di jalan sebelum bunderan Kartasura. Kalo tuh jalan diterus-terusin akhirnya sampe di GKI Kabangan. Oalah, it’s really a small world.
Begitu sampe gerejanya sepi. Hanya mahasiswa kami yang menunggu. Lalu langsung menuju pastori. Ternyata ada kebaktian di sana, sekaligus ultah pdtnya. Jadilah kami disuguhi nasi kuning sambil pembimbingan. Kalo begini caranya, bisa nambah nih berat badanku seminggu ini, ha…ha…ha….
Perjalanan pulang berlangsung lancar juga. Anak-anak tidur di belakang dan si mumun membawa kami kembali ke haribaan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan selamat. Hasil kunjungan juga melegakan karena mahasiswa kami ternyata bisa membawa diri dengan baik di tengah jemaat, sehingga dia bisa diterima oleh segenap anggota jemaat.
0 komentar:
Post a Comment