Ini bukan dongengnya Harry Potter, tapi betulan. Tentu aja yang dimaksud naga di sini adalah naga di dalam per-shio-an. Konon, naga adalah salah satu shio besar, karena itu sifatnya juga besar. Besar ambisinya, besar ngamuknya, besar ngambeknya, besar gembiranya, besar marahnya, besar terharunya, dan segala yang besar-besar.
Pengalaman ngegedein anak naga kujalani dengan terantuk-antuk. Papinya udah lihat sifatnya dari kecil, yaitu nggak bisa dikerasin. Hanya dalam keseharian, caraku membesarkannya seperti panglima angkatan bersenjata. Kata yang denger dan pendengarannya sangat tajam, nada suaraku itu tinggi, selalu dengan nada memerintah dan mendesak sampai ke batas kesabaran orang. Apalagi…, aku punya bawaan kolerik yang sangat kuat.
Hasilnya? Jadilah anak semata wayangku yang sangat gembira, gampang ngambek, dan super duper ngeyel. Mungkin karena dia tahu kemampuan otaknya sedikit extraordinary, jadi kalo dibilangin ngeyel alias selalu membantah. Nah, yang di dekatnya adalah ibunya yang calon panglima, ha…ha…ha…, alhasil kebanyakan metodenya menang-kalah. Nggak semua anak shio naga gliyak-gliyak or high energy. Ada juga anak shio naga yang tenang, kalem, pikirannya dalam. Tapi, kan ada pepatah bahwa buah jatuhnya nggak jauh-jauh dari pohonnya? Anak naga aku ini juga lebih dominan koleriknya dibanding melannya.
Kemarin malam aku disadarkan sama misua kalo cara ini akan membawa bencana saat si anak besar dan mulai mandiri. Bisa-bisa dia kabur dari rumah, atau nggak mau dengerin ortunya. Ini berarti aku harus kembali mempelajari bagaimana menjadi orangtua efektif plus analisa transaksional. Jadi ujung-ujungnya bukan duit tapi belajar!
0 komentar:
Post a Comment